Sabtu, 08 Januari 2011

Laporan Praktikum tentang Lumut, Algae, dan Tumbuhan Paku


BAB I
PENDAHULUAN


A.      LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah baik flora maupuan fauna, keanekaragaman hayati dapat memberikan manfaat  bagi masyarakat, diantaranya dapat memenuhi kebutuhan manusia yang mengandung protein, karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral. Protein sebagai salah satu sumber pembagun tubuh dapat berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
Dalam mengetahui klasifikasi, taksonomi, kekerabatan dan asal-usul suatu makhluk hidup diperlukan sistematika. Disini kami khusus mempelajari tumbuhan Cryptogamae. Tumbuhan Cryptogamae adalah tumbuhan tingkat rendah yang alat perkembiakannya tersembunyi dan reproduksinya dengan spora. Sehingga sistematika yang kami pelajari yaitu sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae yaitu di dalamnya terdapat klasifikasi, taksonomi, kekerabatan, asal-usul tumbuhan Cryptogamae. Ilmu yang mempelajari teori dan prinsip, prosedur dan peraturan klasifikasi disebut dengan toksonomi.
Tumbuhan ganggang (Algae) merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut, setidak-tidaknya selalu menempati habitat yang lembab atau basah. Tumbuhan lumut (Bryophyta) merupakan golongan tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan plastida yang mengandung klorofil-a dan b. Sedangkan tumbuhan paku (Pteridophyta) merupakan golongan tumbuhan yang susunan tubuhnya paling sempurna karena tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokok yaitu akar, batang, dan daun.
Tumbuhan talus ialah tumbuh tumbuhan yang belum dapat dibedakan dalam tiga bagian utamanya, yang disebut akar, batang dan daun. Tubuh yang berupa talus itu mempunyai struktur dan bentuk dengan variasi yang sangat besar. Tumbuhan yang memiliki ciri utama berbentuk talus dimasukkan ke dalam Divisi Thallophyta.
Untuk mempelajari  Sistematika Tumbuhan Cryptogamae yang dalam hal ini Divisi Algae, Bryophyta, dan Pterydophyta  baik secara morfologi maupun habitat, perlu diadakannya pengamatan secara langsung terhadap objek yang akan diteliti dengan PKL (Praktik Kerja Lapangan), sehinggga mahasiswa dapat lebih mudah untuk mengidentifikasi baik ciri–ciri mofologi (penampakan luar) maupun habitatnya, dalam hal ini maka Praktik Kerja Lapangan  dengan mengamati spesies–spesies tumbuhan dari Divisi Bryophyta, dan Pteridophyta di kost Rizqy (Sukoharjo) sebagai Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara mandiri dan Sub Divisi Algae di Pantai Krakal, Yogyakarta sebagai Praktik Kerja Lapangan (PKL) secara terorganisir.
Pentingnya dilakukannya Praktik Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Tumbuhan Cryptogamae baik secara mandiri maupun secara terorganisir adalah agar mahasiswa  mengetahui tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah dari Sub Divisi Algae, Bryophyta dan Pteridophyta secara langsung untuk diamati bagian-bagian dan ciri-ciri khususnya kemudian digunakan sebagai acuan dalam mengidentifikasi. Selain itu agar mahasiswa mengetahui warna, bentuk dan habitat asli dari Sub Divisi Algae, Divisi Bryophyta dan Divisi Pteridophyta karena pada waktu praktikum di laboratorium warna dan bentuk preparat sudah berubah karena sudah diawetkan, sehingga kami harus melihat preparat yang morfologi dan habitat dalam bentuk aslinya.
Praktikum kerja Lapangan mandiri dilkasanakan di kost Rizqy (Sukoharjo) pemilihan tempat ini karena wilayah yang relatif dekat dengan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta dan memilliki keanekaragaman tumbuhan paku dan lumut yang relatif lengkap karena wilayahnya yang lembab. Praktikum Kerja Lapangan yang kedua dilaksanakan di Krakal, Yogyakarta yang memiliki wilayah yang luas dengan keanekaragaman Algae yang lengkap dan relatif lebih dekat dibanding dengan wilayah lain.
B.       TUJUAN
1.    Mempelajari morfologi dan kedudukan taksonomi dari Sub Divisi Algae.
2.    Mengenal species yang termasuk dalam Divisi Bryophyta dengan cara mendiskripsikan ciri-ciri pada species tersebut.
3.    Memperkenalkan jenis tumbuhan paku yang termasuk Bangsa Lycopodiales dan Selaginellales.
4.    Memperkenalkan jenis tumbuhan paku yang termasuk Bangsa Equisetales.
5.    Memperkenalkan anggota Bangsa Filicinae.
6.    Mengenal species yang termasuk dalam Bangsa Marsileales dan Bangsa Salviniales.
C.      MANFAAT
1.    Untuk mengetahui dalam  mempelajari morfologi dan kedudukan taksonomi dari Sub Divisi Algae.
2.    Untuk mengenal species yang termasuk dalam Divisi Bryophyta dengan cara mendiskripsikan ciri-ciri pada species tersebut.
3.    Untuk memperkenalkan jenis tumbuhan paku yang termasuk Bangsa Lycopodiales dan Selaginellales.
4.    Untuk memperkenalkan jenis tumbuhan paku yang termasuk Bangsa Equisetales.
5.    Untuk memperkenalkan anggota Bangsa Filicinae.
6.    Untuk mengenal species yang termasuk dalam Bangsa Marsileales dan Bangsa Salviniales.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Pleczar (1989), Algae berukuran beragam dari beberapa mikrometer sampai bermeter-meter panjangnya. Organisme ini mengandung klorofil serta pigmen- pigmen lainnya. Algae hidup di air. Algae renik yang terapung-apung merupakan bagian dari fitoplankton (flora laut tersuspensi). Dan berguna sebagai sumber makanan yang penting bagi organisme lain. Algae berkembangbiak secara seksual. Algae mempunyai peranan dalam kehidupan yaitu sebagai suplemen makanan kesehatan, sebagai bahan makanan, untuk membuat agar-agar, menghasilkan iodium, bahan membuat kapsul, dan bahan membuat es krim.
Algae termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak berdiferensiasi, tidak membentuk akar batang dan daun. Tubuh Algae atau ganggang secara keseluruhan  disebut dengan talus ganggang dan golongan Thallopyta yang lain dianggap sebagai bentuk tumbuhan rendah yaitu tumbuhan yang mempunyai hubugan kekeluargaan yang sangat erat dengan organisme lain yang paling primitif dan mulai muncul pertama di bumi sifat tumbuhan rendah yang memiliki stuktur yang kompleks, diperkirakan terdapat sekitar 30.0000 spesies ganggang yang tumbuh  di bumi, kebanyakan diantaranya hidup dilaut, species yang hidup  diair tawar kelihatannya mempunyai arah perkembangan yang lebih leluasa, jika dibandingkan dengan bentuk yang hidup didarat (Tjitrosoepomo, 1983).
Menurut Nontji (1981), Chlorophyceae merupakan kelompok terbesar dari vegetasi Algae. Perbedaan dengan divisi lainnya karena memiliki warna hijau yang jelas seperti pada tumbuhan tingkat tinggi karena mengandung pigmen klorofil a dan klorofil b lebih dominan dibangkan karotin dan xantofil. Hasil asimilasi dari beberapa amilum, penyusunnya sama seperti pada tumbuhan tingkattinggi yaitu amilose dan amilopektin. Algae berperan  sebagai produsen dalam ekosistem. Berbagai jenis Algae yang hidup bebas di air terutama yang tubuhnya bersel satu dan dapat bergerak aktif merupakan penyusun fitoplankton. Sebagian besar fitoplankton adalah anggota Algae hijau, pigmen klorofil yang demikian efektif melakukan fotosintesis sehingga Algae hijau merupakan produsen utama dalam ekosistem perairan.
Algae hijau sebagian besar hidup di air tawar, beberapa di antaranya di air laut dan air payau. Algae hijau yang hidup di laut tumbuh di sepanjang perairan yang dangkal. Pada umumnya melekat pada batuan dan seringkali muncul apabila air menjadi surut. Sebagian yang hidup di air laut merupakan mikro Algae seperti Ordo Ulotrichales dan Ordo Siphonales. Jenis yang hidup di air tawar biasanya bersifat kosmopolit, terutama yang hidup di tempat yang cahayanya cukup seperti kolam, danau, genangan air hujan, dan pada air mengalir (air sungai, selokan). Algae hijau ditemukan pula pada lingkungan semi akuatik yaitu pada batu-batuan, tanah lembab, dan kulit batang pohon yang lembab (Taylor, 1960).
 Menurut Ciremai (2008), bahwa sampai permulaan abad 20 telah dikenal 4 kelas Algae, yaitu Chlorophyceae, Phaeophyceae, Rhodophyceae dan Myxophyceae (Cyanophyceae). Ahli Protozoologi menempatkan semua organisme bersel tunggal yang berkhlorofil, berflagella seta motil dalam kelas Mastigophora dari filum Protozoa. Para pakar botani mengeluarkan anggota-anggota tertentu dari deret (seri) Volvocin. Rabenhorst menempatkan seri Chlamydomonas-Volvox dalam ganggang hijau rumput dan diberi nama Chlorophyllaceae. Xanthophyceae (Heterokontae) dipisahkan dari Chlorophyceae pada permulaan abad 20 dan Fagellatae tertentu yang berpigmen dimasukkan dalam kelas Xanthophyceae. Berbagai macam kelompok yang semula oleh pakar Protozoologi dimasukkan dalam Mastigophora secara filogegenetik berhubungan dengan organisme yang bersifat Algae sejati. Semua tumbuhan yang tingkat perkembangannya lebih tinggi daripada Thallophyta pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau, karena mempunyai sel-sel dengan platida yang mengandung klorofil-a dan -b. kebanyakan hidup di darat dan sel-selnya telah mempunyai dinding yang terdiri atas selulosa.
Pada Divisi Bryophyta alat-alat kelamin yang berupa anteridium dan arkegonium, demikian pula sporogoniumnya, selalu terdiri atas banyak sel. Arkegonium adalah gametangium betina yang bentuknya seperti botol. Bagian yang lebar disebut perut, dan bagian yang sempit leher. Mikrogametangium (anteredium) adalah gametangium jantan yang berbentuk bulat atau seperti gada. Dindingnya seperti dinding arkegonium pun terdiri atas selapis sel-sel mandul. Pada Divisi Bryophyta embrio itu tumbuh menjadi suatu badan kecil yang akan menghasilkan spora, yaitu sporogonium (Kimball, 1999).
Loveless (1989), menyatakan bahwa semua lumut daun dan sebagian besar lumut hati (yaitu lumut hati yng berdaun) memiliki batang yang berdaun, tetapi pada beberapa lumut hati (yaitu lumut hati yang bertalus) tubuh tumbuhannya berupa talus yang memipih dorsiventral tanpa tonjolan-tonjolan berdaun. Tidak ada Bryophyta yang memiliki akar sejati, walaupun ada penonjolan berupa rambut yang disebut rhizoid, berupa jangkar yang menancap pada substratnya dan dapat menyerap air dan bahan terlarut. Beberapa jenis Divisi Bryophyta memiliki system pembuluh terpusat yang sederhana pada batangnya, tetapi sama sekali tidak ada unsure penghantar yang berlignin (trakeid dan pembuluh) dan jaringan pembuluh sejati (xylem dan floem). Kebanyakan Divisi Bryophyta selama sebagian besar usia hidup bergantung pada penyaluran air secara kapiler dalam ruang sempit di antara perdaunannya yang tumpang tindih. Perkembangan jaringan pembuluh yang sangat sederhana ini merupakan alasan mengapa Divisi Bryophyta hanya dapat tumbuh subur pada habitat yang lembab.
Prawirohartono (1989), menyatakan bahwa lumut dapat tumbuh di atas tanah-tanah yang gundulyang periodic mengalami kekeringan, bahkan di atas pasir yang bergerak pun tumbuhan ini edapt hidup. Kebanyaka dari lumut-lumut daun suka akan tempat-tempat yang basah, tetapi ada p-ula yang tumbuh di tempat yang kering. Beberapa  macam di antaranya  dapat sampai berbulan-bulan menahan kekeringan sampai bertahun-tahun. Pada tempat yang kering lumut membentuk talus yang berupa bantal atau gebalan, dan di atas tanah-tanah hutan sering kali merupakan suatu lapisan yangyang menyerupai beludru. Dalam hutan-hutan di pegunungan daerah tropik  batang-batang dan cabang-cabang pohon-pohonanpenuh dengan lumut-lumut yang menempel berupa bantalan atau bergantungan dari semua bagian tanaman hingga hutan iti pohon-pohonnya seakan-akan penuh dengan lumut yang selalu mencucurkan air. Suasana dalam hutan yang demikian amat lembab, berkabut, dari itu hutan tadi sering disebut hutan lumut atau hutan berkabut.
Tumbuhan lumut (Bryophyta) termasuk tumbuhan talus. Tempat hidup di tanah yang lembab, di pohon, di batu merah. Lumut mempunyai rhizoid yang berfungsi untuk pelekat pada substrat dan mengangkut air dan unsur-unsur hara ke seluruh bagian tubuh. Lumut mengalami metagenesis. Organ kelamin jantan berupa anteredium yang menghasilkan spermatozoid dan organ betina berupa arkegonium yang menghasilkan ovum. Divisi Bryophyta dibagi menjadi tiga classis yaitu Classis Hepaticopsida (lumut hati), Classis Anthocerotopsida (lumut tanduk), dan Classis Bryopsida (lumut sejati). Classis Hepaticopsida berbentuk lembaran, mempunyai rhizoid, hidup di tempat lembab dan berair. Reproduksi seksual membentuk arkegonium dan anteredium. Classis Anthocerotpsida, hidup di temat lembab, mengalami metagenesis antara fase sporofit dan gametofit. Bryopsida hidup ditempat yang terbuka, batang tegak bercabang dan berdaun kecil. Reproduksi vegetatif dengan membentuk kuncup pada cabang batang (Haspara, 2004).
Menurut Soeratman (1999), lumut hati (Hepaticae) merupakan suatu kelas kecil yang biasanya terdiri atas tumbuhan berukuran relatif kecil yang dapat melakukan fotosintesis, meskipun selalu bersifat multiseluler dan tampak dengan mata bugil. Lumut hati dapat dibedakan dalam dua bentuk utama yaitu yang bersifat tipis, pipih, yang merayap dan cenderung membentuk percabangan berulang kali yang sama besar, dan yang bersifat mirip kormus, terdiri atas sumbu pokok merayap yang panjangnya dapat mencapai beberapa inci yang mempinyai bagian-bagian rumit mirip daun. Bagian-bagian yang seperti daun itu hanya setebal satu sel dan tidak mempunyai rusuk tengah, biasanya tersusun dalam dua baris, terletak pada kedua sisi sumbu yang biasanya bgerbaring, dengan biasanya terdapat deretan ketiga yang terdiri atas cuping-cuping yang lebih kecil di sepanjang sisi bawah sumbunya.
Menurut Iqbal (2008), tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kormus, artinya tubuhnya dengan nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang dan daun. Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi–divisi yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembang–biakan tumbuhan paku yang utama adalah spora. Oleh sebab itu, sementara ahli taksonomi membagi dunia tumbuhan dalam dua kelompok saja yang diberi nama Cryptogamae dan phanerogamae. Cryptogamae (tumbuhan spora) meliputi yang sekarang kita sebut dibawah nama Schizophyta, Thallophyta, Bryophyta, dan Pteridophyta.
Kebanyakan paku memiliki perawakan yang khas, sehingga tidak mudah keliru dengan macam tumbuhan lain. Sebagian dari kekhasan itu adalah adanya daun muda yang menggulung yang akan membuka jika dewasa, ciri yang hamper unik ini disebut Vernasi bergelung. Sebagai akibat lebih lambatnya pertumbuhan permukaan daun sebelah atas daripada sebelah bawah pada perkembangan awalnya. Ukuran dan bentuk paku sangat bervariasi yang berkisar dari paku pohon yang dapat mencapai tinggi 5 meter, sampai paku mini berlapis tipis yang daunnya hanya selapis sel dan sering tertukar dengan lumut. Sebagai tambahan terhadap berbagai jenis terrestrial yang tampak khas, banyak paku (terutama paku sarang burung)tumbuh di atas pohon dan batu karang (Ariyanto, 2000).
Menurut Hackel (1999), pada Pteridophyta akar tidak merupakan bagian terusan pertumbuhan dari kutub yang berhadapan dengan pucuk melainkan dari suatu bagian calon batang yang lalu membentuk akar kesamping. Karena akar tidak berkembang dari kutub akar, zigot Pteridophyta bersifat unipolar. Akar yang keluar pertama-tama tidak dominan melainkan segera disusul oleh akar-akar lain yang semuanya keluar dari batang. Pembentukan akar ini disebut homorizhi. Batang Pteridophyta bercabang-cabang menggarpu, atau jika tidak demikian maka cabang-cabang yang dikeluarkan kesamping itu tidak pernah berasal dari ketiak daun. Akar Pteridophyta telah mempunyai kaliptra, dan sel-sel kaliptranya berasal dari sel ujung juuga yang pada akar itu berbentuk tetraedik dan bersifat membelah dengan membentuk sekat-sekat yang sejuajar dengan keempat dindingnya secara berganti-ganti.
Menurut Pollunin (1994), Lycopodinae mencakup sejumlah jenis yang cukup besar dan mempunyai toleransi yang luas terhadap habitatnya. Meskipun kebanyakan merupakan penghuni khas tempat-tempat yang keteduhan dalam hutan-hutan di daerah tropika sampai kawasan sekitar kutub utara atau pada isoetales dasar-dasar danau air tawar tumbuhan ini juga terdapat di tempat-tempat yang lebih terdadah seperti seperti lahan liar dan rawa-rawa.
Menurut Sarwuni (2003), tumbuhan paku dibagi berdasarkan ciri morfologi dan molekular. Berdasarkan klasifikasi terbaru ini, Lycophyta (rane, paku kawat, dan isoetes) merupakan tumbuhan berpembuluh yang pertama kali terpisah dari yang lain, sedangkan paku-pakuan serta tumbuhan berbiji berada pada kelompok lain. Selanjutnya terlihat bahwa semua kormofita berspora yang tersisa tergabung dalam satu kelompok besar, yang layak dikatakan sebagai anggota Divisi tumbuhan paku (Pteridophyta). Dari hasil revisi ini juga terlihat bahwa sejumlah paku-pakuan yang dulu dianggap sebagai paku primitif (seperti Psilotum) ternyata lebih dekat berkerabat dengan paku tunjuk langit (Helminthostachys), sementara paku ekor kuda (Equisetum) sama dekatnya dengan paku sejati terhadap Marchantia.



BAB III
METODE PELAKSANAAN


A.      Waktu dan Tempat
1.      PKL (Praktek Kerja Lapangan) mengenai Sub Divisi Algae dilaksanakan pada tanggal 17 Desember 2010 di Pantai Krakal Yogyakarta.
2.      PKL (Praktek Kerja Lapangan) Mandiri mengenai Divisi Bryophyta dan Divisi Pteridophyta dilaksanakan pada tanggal 15 Desember di Kost Rizqi (Sukoharjo).
B.       Alat dan Bahan Pelaksanaan PKL (Praktek Kerja Lapangan)
1.      Alat    :
a.    1 buah pinset
b.    3 buah botol jeam
c.    Alat tulis
d.   Kamera Digital
2.      Bahan :
a.    Beberapa Species dari Sub Divisi Algae.
b.    Beberapa Species dari Divisi Bryophyta.
c.    Beberapa Species dari Divisi Pteridophyta.

C.      Cara Kerja
1.      Praktik Kerja Lapangan (PKL) Mandiri
a.       Mahasiswa mencari Species dari Divisi Bryophyta sebanyak 3 species dan Divisi Pteridophyta sebanyak 5 species di daerah sekitar kampus UMS (Surakarta) dan di Kost Rizqi (Sukoharjo).
b.      Mendokumentasikan masing-masing tumbuhan yang telah diamati.
c.       Mengamati ciri morfologi dan habitatnya.
d.      Mengambar masing-masing species yang didapatkan.
e.       Kemudian mencari kunci determinasi dari Divisi Pteridophyta dengan menggunakan buku Flora.
f.       Mengklasifikkasikan tiap-tiap tumbuhan yang didapat.
g.      Mendiskripsikan tiap-tiap tumbuhan yang didapatkan.
2.      Praktik Kerja Lapangan (PKL) Resmi
a.       Mahasiswa mencari Species dari Sub Divisi Algae di Pantai Krakal Yogyakarta sebanyak 8 Species.
b.      Memasukkan ke dalam botol jeam dan diisi dengan air laut.
c.       Mendokumentasikan masing-masing Sub Divisi Algae yang akan diamati.
d.      Mengamati ciri morfologi dan habitatnya.
e.       Menggambar masing-masing species yang didapatkan pada lembar pengamatan.
f.       Mengklasifikasikan tiap-tiap tumbuhan yang didapat.
g.      Mendiskripsikan tiap-tiap tumbuhan yang didapatkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


1.        HASIL
A.       SUB DIVISI ALGAE (Ganggang)
1)      Ganggang Hijau
a.    Nama Lokal              : Ganggang Hijau
b.    Nama Ilmiah             : Enteromorpha sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d. Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Algae
Classis        : Chlorophycea
Ordo           : Ulotrichales
Familia       : Ulvaceae
Genus         : Enteromorpha
Species       : Enteromorpha sp.



e.    Deskripsi
Ganggang Hijau (Enteromorpha sp.) termasuk dalam Classis Chlorophyceae  karena kenampakan talusnya yang berwarna hijau yang mengandung klorofil a dam klorofil b  serta karotenoid. Enteromorpha sp (Ganggang Hijau) termasuk Ordo Ulotrichales karena sel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Yang masih sederhana membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak. Benang-benang itu selalu bertambah panjang karena sel-selnya membelah melintang. Yang lebih tinggi tingkatannya berbentuk talus yang lebar dan melekat pada suatu alas. Koloni dari Enteromorpha sp ini berbentuk pipa atau pita mempunyai daun yang masih berbentuk talus. Talusnya berongga seperti pipa. Habitatnya di laut dan melekat pada batu karang  dengan alat pelekat berupa rhizoid.


2)      Ganggang Hijau
a.    Nama Lokal              : Ganggang Hijau
b.    Nama Ilmiah             : Ulva sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Algae
Classis        : Chlorophyceae
Ordo           : Ulotrichales
Familia       : Ulvaceae
Genus         : Ulva                 
Species       : Ulva sp.



e.    Deskripsi
Ulva sp. (Ganggang Hijau) merupakan salah satu jenis ganggang hijau yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Talusnya menyerupai daun selada. terdiri dari dua lapis sel yang membentuk struktus seperti perenkim. Habitatnya adalah di laut dan menempel pada batu karang yang terletak diperairan pantai. Kira-kira 0-10 meter dari tepi pantai.
Termasuk dalam Ordo Ulotrichales karenasel-selnya selalu mempunyai satu inti dan satu kloroplas. Yang masih sederhana membentuk benang yang bercabang atau tidak, sedangkan yang tinggi tingkatannya contohnya saja Ulva sp. (Ganggang Hijau) mempunyai talus yang lebih lebar dan melekat pada suatu alat.

3)      Ganggang Hijau
a.    Nama Lokal              : Ganggang Hijau
b.    Nama Ilmiah             : Halicystis sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Algae
Classis        : Chlorophyceae
Ordo           : Siphonales
Familia       : Halicystidaceae
Genus         : Halicystis
Species       : Halicystis sp.


e.    Deskripsi
Ganggang Hijau (Halicystis sp.) termasuk dalam kelas Chlorophyceae  karena kenampakan talusnya yang berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b  serta karotenoid. Habitatnya di laut dan melekat pada batu karang  dengan alat pelekat berupa rhizoid. Talusnya hanya terdiri dari dari satu sel. Bagian atas bentuknya seperti gelembung-gelembung berwarna hijau dan mengandung banyak inti.
Spesies ini termasuk dalam Ordo Siphonales karena talusnya tidak mempunyai dinding pemisahyang melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Hanya alat berkembang biak saja yang terpisah oleh suatu sekat. Ganggang ini menyrupai Protosiphon, tetapi hidup di laut.



4)      Ganggang Hijau
a.    Nama Lokal              : Ganggang Hijau
b.    Nama Ilmiah             : Caulerpa sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.  Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Algae
Classis        : Chlorophyceae
Ordo           : Siphonales
Familia       : Caulerpaceae
Genus         : Caulerpa
Species       : Caulerpa sp.


e.    Deskripsi
Ganggang Hijau (Caulerpa sp.) merupakan salah satu jenis ganggang hijau yang hidup di laut. Termasuk dalam kelas Chlorophyceae karena talusnya berwarna hijau yang mengandung klorofil a dan klorofil b serta karotenoid. Hasil asimilasi berupa tepung dan lemak.
Talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya mencapai beberapa desimeter, berguna untuuk asimilasi disebut dengan assimilator. Bagian bawah terdiri atas suatu sumbu yang merayap, tidak berwarna yang mengandung leukoamiloplas dan rhizoid. Caulerpa sp. (ganggang hijau) berbentuk seperti anggur.
Termasuk dalam ordo Siphonales karena thallusnya tidak mempunyai dinding pemisah yang melintang, sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas.


5)      Ganggang Pirang
a.    Nama Lokal              : Ganggang Pirang
b.    Nama Ilmiah             : Padina sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Algae
Classis        : Phaeophyceae
Ordo           : Dictyotales
Familia       : Dictyotaceae
Genus         : Padina
Species       : Padina sp.



e.    Deskripsi
Ganggang Pirang (Padina sp.) merupakan ganggang pirang. Dalam kromatofornya terkandung klorofil –a, karotin, dan xanofisil, tetapi terutama fikosanin yang menutupi warna lain yang menyebabkan ganggang ini berwarna pirang. Talus berbentuk pita bercabang-cabang menggarpu. Mempunyai alat perekat yang disebut rhizoid. Habitatnya dilaut dan pada talusnya terdapat garis-garis konsentris. Terdiri dari sel yang berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung, terdapat rambut halus yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia. Habitat dari spesies ini adalah di laut khususnya di perairan pantai dan hidup menempel pada batu karang. Termasuk dalam ordo Dictyotales karena sporofit dan gametofit bergiliiran dan beraturan, dan keduanya mempunyai thallus yang berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu.



6)      Ganggang Pirang ( Phaeophyceae)
a.    Nama Lokal              : Ganggang Pirang
b.    Nama Ilmiah             : Turbinaria sp
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Subdivisi    : Algae
Classis        : Phaepphyceae
Ordo           : Fucales
Famili         : Fucaceae
Genus         : Turbinaria
Species       : Turbinaria sp.



e.    Deskripsi
Ganggang Pirang (Turbinaria sp.) termasuk ke dalam classis Phaeophyceae karena berwarna pirang karena dalam kromatoforanya terkandung klorofil a, karoten, dan santofil, tetapi terutama fikosantin yang menutupi warna lainnya dan yang menyeabkan ganggang itu berwarna pirang. Turbinaria sp. termasuk dalam Ordo Fucales karena talusnya berbentuk pita, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung-ujung talus agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Tubunhya seperti pohon atau semak yang seolah mempunyai akar, batang dan daun. Bentuk talus seperti terompet. Habitat dari Turbinaria sp. (ganggang pirang) yaitu di laut. Daunnya menggangsing melebar hingga distal akhir membentuk batas helaian mahkota melalui barisan gigi. Vesikula berada di tengah mahkota. Gametangia berongga pada permukaan reseptakel, talus bercabang mempunyai filoid seperti piramida atau corong yang melekat pada sumbu utama. Gelembung udara terletak pada filoid. Pada umumnya species ini ditemukan pada karang dengan pasang surut rendah dan area subtidal sampai ke daerah ke ombak sedang hingga ombak tinggi atau zona tenang. Termasuk dalam ordo Fucales karena mempunyai talus berbentuk pita yang di tengah-tengahnya diperkuat oleh suatu rusuk tengah, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat pada batu dengan alat pelekat yang berbentuk cakram.



7)      Ganggang Merah
a.    Nama lokal    : Ganggang Merah
b.    Nama Ilmiah : Corallina sp.
c.    Foto ( Preparat Asli) :
d.   Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi       : Thallophyta
Subdivisi  : Algae
Classis      : Rhodophyceae
Ordo        : Cryptonemiales
Familia     : Cryptonemiaceae
Genus      : Corallina
Species     : Corallina sp.




e.    Deskripsi
Corallina sp. (ganggang merah) termasuk dalam golongan Ganggang merah (Rhodophyceae) karena talusnya berwarna meranh sampai ungu. Talus ini mengandung klorofil a dan karotenoid, akantetapi tertutup oleh zat warna merah yang menngadakan fluoresensi, yaitu fikoeritrin. Tubuhnya menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang, tubuhnya mengandung zat kapur dan bersegmen-segmen. Apabila sudah mati akan berwarna putih dan mudah patah, habitatnya di laut dan menempel pada batu karang yang ada di perairan pantai. Corallina sp. termasuk dalam Ordo Cryptonemiales karena tubuhnya yang menyerupai kerak dan bersegmen-segmen.


8)      Ganggang Merah
a.     Nama Lokal             : Ganggang Merah
b.    Nama Ilmiah             : Gracilaria sp.
c.    Foto ( Preparat asli)   :
d. Klasifikas
Kingdom : Plantae
Divisio     : Thallophyta
Subdivisi  : Algae
Classis      : Rhodophyceae
Ordo        : Gigartinales
Famili       : Gigartinaceae
Genus      : Gracilaria
Species     : Gracilaria sp.



e.    Deskripsi
Ganggang Merah (Gracilaria sp.) termasuk Classis Rhodophyceae karena berwarna merah sampai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil –a dan karetonoid, tetapi warn aitu tertutup fikoetrin.  Gracilaria sp. termasuk dalam Sub Classis Floridae, karena talus bercabang-cabang dengan beraturan dan mempunyai beranekaragam bentuk seperti benang, lembaran-lembaran. Percabangan menyirip atau menggarpu. Tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang seperti talus pada Ulva sp. tetapi lebih tebal dan mempunyai sistokarp. Habitat dari Gracilaria sp. yaitu berada di laut.


B.       DIVISI BRYOPHYTA (Tumbuhan Lumut)
1)        Lumut Hati
a.    Nama Lokal              : Lumut Hati
b.    Nama Ilmiah             : Riccia sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi       : Thallophyta
Sub Divisi: Bryophyta
Classis      : Hepaticopsida
Ordo        : Marchantiales
Familia     :Marchantiaceae
Genus      : Riccia
Species     : Riccia sp.




e.    Deskripsi
Lumut Hati (Riccia sp.) termasuk dalam lumut hati. Gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai percabangan dikotom, tetapi tidak mempunyai gemma cup. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab, menempel pada bebatuan dekat sungai.


2)        Lumut Hati
a.    Nama Lokal              : Lumut Hati
b.    Nama Ilmiah             : Marchantia geminata
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom : Plantae
Divisi       : Thallophyta
Sub Divisi: Bryophyta
Classis      : Hepaticopsida
Ordo        : Marchantiales
Familia     : Marchantiaceae
Genus      : Marchantia
Species     :
Marchantia geminata



e.    Deskripsi
Lumut Hati (Marchantia geminata) termasuk dalam lumut hati. Gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai percabangan dikotom dan mempunyai gemma cup. Talus berumah dua. Habitatnya di tempat basah, pohon, tanah, dan batu cadas. Pada talusnya tidak terdapat adanya anteridium (gamet jantan) maupun arkegonium (gamet betina).


3)        Lumut Daun
a.    Nama Lokal              : Lumut Daun
b.    Nama Ilmiah             : Andreaea sp.
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Thallophyta
Sub Divisi  : Bryophyta
Classis        : Bryopsida
Ordo          : Andreaeales
Familia       : Andreaeaceae
Genus         : Andreaea
Species       : Andreaea sp.




e.    Deskripsi
Lumut Daun (Andreaea sp.) termasuk dalam lumut daun. Gametofit sudah dapat dibedakan antara batang dan daun meskipun belum mempunyai akar selain rhizoid. Sporofit terdiri dari kaki, seta, dan kapsul. Setanya pendek, sedang bagian kapsul tersusun atas kotak spora dimana di dalamnya terdapat kolumela. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab. Perkembangbiakan dengan fertilasasi spora.


C.        DIVISI PTERIDOPHYTA (Tumbuhan Paku)
1)        Paku Ekor Kuda
a.    Nama Lokal              : Paku Ekor Kuda
b.    Nama Ilmiah             : Equisetum hymenale
c.    Foto (Preparat Asli)  :
  Klasifikasi        :
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Thallophyta
Sub Divisi  : Pteridophyta
Classis        : Equisetinae
Sub Classis : Calamopsida
Ordo          : Equisetales
Familia       : Equisetaceae
Genus         : Equisetum
Species       :
Equisetum hymenale


e.    Kunci Determinasi    :
1a, 17b, 18b, 19a, 20a ....................Familia: Equisetaceae
                                                      Genus: Equisetum
                                                      Species: Equisetum hymenale

f.     Deskripsi
Tumbuhan Paku Ekor Kuda (Equisetum hymenale) termasuk dalam Classis Equisetinae karena mempunyai sporofit yang batangnya bercabang-cabang dan berbuku-buku, mempunyai stobilus yang berbentuk seperti kerucut. Duan kecil sperti selaput yang tersusun berkarang. Paku ekor kuda mempunyai akar, batang yang beruas-ruas, dan daun. termasuk paku yang habitatnya di tanah, sporofit tumbuhan ini mempunyai batang yang bercabang-cabang, berkarang dan berbuku-buku, daun kecil seperti selaput dan tersusun berkarang. Sporofit berbentuk perisai dengan sejumlah sporangium pada sisi bawah, susunanya membentuk badan seperti kerucut yang disebut strobilus. Paku ini termasuk dalam genus equisetum karena berbadan tegak, pada pangkalnya merayap 0,15-8cm, batang agak lemas beruang didalam, kerapkali bercabang kuat dan tidak teratur, selalu hijau yang fertil dan yang steril satu dengan yang lain sama, bulir panjangnya 1-2,5cm, hitam dengan ujung yang menyempit. Habitatnya didaerah tepi sungai dan selokan dinding tanah yang basah, terjal dan rawa.

 

2)        Semanggi
a.    Nama Lokal              : Semanggi
b.    Nama Ilmiah             : Marsilea crenata
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi          : Thallophyta
Sub Divisi  : Pteridophyta
Classis        : Filicinae
Sub Classis : Hydropterides
Ordo           : Marsileales
Familia       : Marsileaceae
Genus         : Marsilea
Species       : Marsilea crenata



e.    Kunci Determinasi    :
1a, 17b, 18a................................. Familia: Marsileaceae
1....................................................Genus: Marsilea
                                                      Species: Marsilea  crenata
f.       Deskripsi
Semanggi (Marsilea crenata) termasuk dalam tumbuhan paku Classis Filicinae karena sudah mempunyai akar, batang dan daun. Marsilea crenata (semanggi)  termasuk dalam Sub Classis Hydrpterydes karena merupakan tumbuhan paku air yang heterospora. Semanggi termasuk dalam Ordo Marsileales karena hidup dalm air yang dangkal dengan akar di dalam tanh. Semanggi mempunyai sorus dalam satu sporofit terdapat dalam sporakarpium yang bentuknya seperti kacang. Semanggi mempunyai batang yang merayap. Di buku-buku batang ke bawah membentuk akar, ke atas membentuk daun yang bertangkai panjang yang muncul diatas permukaan air dengan helaian daun yang berbelah. Sporakarpium keluar diatas tangkai daun. Habitat Semanggi biasanya hidup di air, rawa, atau danau.
3)        Paku Daun Kepala Tupai
a.    Nama Lokal              : Paku Daun Kepala Tupai
b.    Nama Ilmiah             : Drynaria quercifolia
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Thallophyta
Sub Divisi  : Pteridophyta
Classis        : Filicinae
Sub Classis : Leptosporangiatae
Ordo          : Filicales
Familia       : Polypodiaceae
Genus         : Drynaria
Species       :
Drynaria quercifolia


e.    Kunci Determinasi    :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b......... Familia: Polypodiaceae
1b, 5a, 6a, 7a.........................Genus: Drynaria
Species: Drynaria quercifolia
f.     Deskripsi
Paku Daun Kepala Tupai (Drynaria quercifolia) termasuk dalam tumbuhan paku karena sudah mempunyai akar, batang dan daun. Paku daun ekor kepala tupai termasuk paku epifit, kadang-kadang menempel pada pohon-pohon. merupakan salah satu paku yang epifit, namun juga dapat hidup di atas tanah. Akar rimpang memanjat, kerapkali panjang dan tebal, daun beruas dan juga membentuk sarang bulat telur dengan kaki berbentuk jantung, paku ini biasanya dipelihara tanaman hias. Paku ini termasuk dalam Genus Drynaria, karena mempunyai sori yang tertutup, sori berbentuk bulat atau elips. Daun jelas dimorph sebagian steril, duduk atau boleh dikatakan duduk, berlekuk menyirip, menjadi kaku dan coklat, menangkap sampah (berdaun sarang), sebagian ada yang fertil, bertangkai jauh lebih panjang, berbagi menyirip sampai dekat tulang daun, dan bagian tangahnya berwarna hijau. Daunnya berbagi menyirip sampai dekat tulang daun. Daun berbentuk sarang bulat telur dengan kaki berbentuk jantung. Sorus terletak di bawah daun. Habitatnya di tempat yang lembab, kadang-kadang menempel pada pohon atau tembok.

4)        Paku Rambat
a.    Nama Lokal              : Paku Rambat
b.    Nama Ilmiah             : Selaginella ciliaris
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Thallophyta
Sub Divisi  : Pteridophyta
Classis        : Lycopodinae
Sub Classis : Ligulopsida
Ordo          : Selaginellales
Familia       : Selaginellaceae
Genus         : Selaginella
Species       : Selaginella ciliaris



e.    Kunci Determinasi    :
1a, 17b, 18b, 19b, 20b, 21a.................. Familia: Selaginellaceae
1b...........................................................Genus: Selaginella
                                                      Species: Selaginella ciliaris
f.     Deskripsi
Paku Rambat (Selaginella ciliaris) termasuk dalam Classis Lycopodinae, sehingga disebut paku rambat. Sporofit tumbuhan mempunyai akar, batang dan daun. Batang dan akr bercabang-cabang m,enggarpu, daunnya kecil (mikrofil) tidak mempunyai lamina, tiadak bertangkai dan bertulang satu saja. Paku rambat mempunyai daun fertil yang biasanya terkumpul di ujung batang merupakan rangkaian berbentuk bulir atau strobilus. Tiap sporofil mempunyai sporangium yang besar terletak di bagian pangkal daun. Selaginella ciliaris (paku rambat) termasuk dalam Sub Classis Ligulopsida karena terdapat ligula yang berfungsi untuk menyerap air. Habitat dari paku rambat biasanya ditempat lembab.

5)        Suplir
a.    Nama Lokal              : Suplir
b.    Nama Ilmiah             : Adiantum cuneatum
c.    Foto (Preparat Asli)  :
d.   Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Divisi         : Thallophyta
Sub Divisi  : Pteridophyta
Classis        : Filicinae
Sub Classis : Leptosporangiate
Ordo          : Filicales
Familia       : Polypodiceae
Genus         : Adiantum
Species       :
Adiantum cuneatum


e.    Kunci Determinasi    :
1a, 17b, 18b, 19b, 22b, 23b, 24b, 25b, 26b....... Familia: Polypodiaceae
1b, 5b, 10b, 13a, 14a........................Genus: Adiantum     
Species: Adiantum cuneatum
f.     Deskripsi
Suplir (Adiantum cuneatum) merupakan paku tanah, karena habitatnya sebagian besar di tanah. Tingginya 0,25-1,30m, mempunyai akar rimpang yang tegak, semakin menaik atau memanjat, berdaun rapat dan pendek. Sori pada sisi bawah daun ditepi taju daun yang enggulung, tepi daun tersebut berfungsi untuk selaput penutup. Habitatnya dari daratan rendah, hingga cukup tinggi di pegunungan. Biasanya dimanfaatkan tanaman hias . Paku ini termasuk dalam Genus Adiantum, karena sori bebentuk garis seperti selaput penutupnya yang terikat hanya pada satu isi. Tangkai daun dan poro-poros daun hitam coklat mengkilat, sporangia tidak tertancap pada helaian daun yang sesungguhnya, tetapi pada sisi dalam dari selaput penutup. Adiantum cuneatum (Suplir) mempunyai daun majemuk menyirip beberapa kali, sorus berbentuk bangun ginjal, jorong, atu bangun garis. Sorus terletak pada tepi yang berlipat ke bawah yang berfungsi sebagai indusium (selaput penutup sorus). Termasuk dalam tumbuhan paku karena sudah mempunyai akar menempel pada tanah, batang dan daun.


2.        PEMBAHASAN
Dalam mempelajaari suatu ilmu, sebelumnya kita harus memahami bahasan yang akan kita pelajari. Pada praktikum kali ini kita mempelajari Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Dalam mengetahui klasifikasi, taksonomi, kekerabatan dan asal-usul suatu makhluk hidup diperlukan sistematika. Sistematika didefinisikan sebagai studi ilmiah tentang jenis-jenis dan keanekaragaman organisme dan semua kekerabatan di antara organisme tersebut.
Disini kami khusus mempelajari tumbuhan Cryptogamae. Tumbuhan Cryptogamae adalah tumbuhan tingkat rendah yang alat perkembangbiakannya tersembunyi dan reproduksinya dengan spora. Sehingga sistematika yang kami pelajari yaitu Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae yaitu di dalamnya terdapat klasifikasi, taksonomi, kekerabatan, asal-usul tumbuhan Cryptogamae. Ilmu yang mempelajari teori dan prinsip, prosedur dan peraturan klasifikasi disebut dengan toksonomi.
Klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan-persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, daerah penyebaran dan genetis. Tujuan klasifikasi tersebut antara lain mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis agar mudah dikenal, dan mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan ciri.
Pada Praktikum Kerja Lapangan kali ini kami mengamati 3 Divisi yaitu Divisi Pteridophyta, Divisi Bryophyta, dan Divisi Thallophyta dengan Sub Divisi Algae. Divisi tersebut Kami mengamati 5 Species dari Divisi Peteridophyta, 3 Species dari Divisi Bryophyta, dan 8 Species dari Divisi Thallophyta dengan Sub Divisi Algae. Divisi yang kami amati diantaranya:
1.      Divisi Thallophyta dengan Sub Divisi Algae (Ganggang)
Tumbuhan ganggang merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut. Semua sel mempunyai plastida dan di dalam plastida terdapat zat- zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a dan klorofil-b atau kedua-duanya. Selain itu terdapat pula zat- zat warna lain dan zat warna inilah yang justru kadang-kadang lebih menonjol, sehingga menyebabkan kelompok-kelopmpok ganggang tertentu diberi nama menurut warna tadi.
Algae termasuk golongan tumbuhan berklorofil dengan jaringan tubuh yang secara relatif tidak terdeferensiasi, tidak membentuk akar, batang, dan daun. Tubuh ganggang secara keseluruhan disebut talus. Hidupnya di air, baik air tawar maupun air laut.
Pengamatan Sub Divisi Algae, kami lakukan di Pantai Krakal (Yogyakarta). Dari pengamatan yang kami lakukan, spesies dari Sub Divisi Algae yang kami dapatkan dan kami amati antara lain: 4 Species dari ganggang hijau yaitu: Ulva sp., Enteromorpha sp., Halycistis sp., Caulerpa sp., 2 Species dari ganggang pirang yaitu Turbinaria sp. dan Padina sp., dan 2 Species dari ganggang merah yaitu Gracilaria sp. dan Corallina sp.
Dari beberapa Algae yang kami amati, yang merupakan Classis Chlorophyceae atau ganggang hijau diantaranya Ulva sp., Enteromorpha sp., Halicystis sp., dan Caulerpa sp. Karena tubuh berupa sel tunggal dan bersel banyak. Yang berupa sel tunggal membentuk koloni yang bentuknya bermacam-macam. Yang berbentuk filamen yang tidak bercabang atau bercabang, menggarpu, menyerupai lembaran, bantalan atau berbentuk seperti pohon. Pada Classis Chlorophyceae disebut juga ganggang hijau karena sel-selnya mempunyai klroplas yang berwarna hijau yang mengandung klorofil –a dan klorofil –b serta karetonoid. Pada Species Ulva sp. dan Enteromorpha sp. termasuk dalam Ordo Ulotrichales, karena sel-selnya mempunyai satu inti dan satu kloroplas yang masih membentuk koloni berupa benang yang bercabang atau tidak. Yang lebih tingkatannya berbentuk talus yang lebar dan melekat pada suatu alas. Perbandingan dari kedua species tersebut yaitu pada species Ulva sp. talus menyerupai daun salada sedangkan pada Enteromorpha sp. koloni berbentuk pipa atau pita. Pada Species Halicystis sp. dan Caulerpa sp. termasuk dalam Ordo Siphonales karena bentuknya bermacam-macam dan talusnya tidak mempuyai dinding pemisah yang melintang sehingga dinding selnya menyelubungi massa plasma yang mengandung banyak inti dan kloroplas. Perbandinagan antara Species Halicystis sp. dan Caulerpa sp. yaitu pada Halicystis sp. talus berbentuk seperti gelembung berwarna hijau dan banyak inti sedangkan pada Caulerpa sp talus bagian atas menyerupai daun dan besarnya sampai beberapa dm, berguna untuk asimilasi dan dinamakan assimilator.
Classis Rhodophyceae atau ganggang merah yang kami amati yaitu pada Species Corallina sp dan Gracilaria sp. Species Corallina sp. dan Gracilaria sp. dimasukkan dalam Classis Rhodophyceae, karena ganggang tersebut berwarna merah smpai ungu, kadang-kadang juga lembayung atau pirang kemerah-merahan. Kromatofora berbentuk cakram atau suatu lembaran, mengandung klorofil a dan karetonoid, tetapi warna itu tertutup oleh fikoeritrin. Species Corallina sp. termasuk dalam Ordo Cryptonemiales, karena tubuhnya menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang. Tubuhnya mengandung kapur dan bersegmen-segmen. Species Gracilaria sp. termasuk dalam Ordo Gigartinales, karena tubuhnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang. Perbandingan yang menonjol dari Corallina sp. dan Gracilaria sp. yaitu pada Corallina sp. talus menyerupai kerak dan melekat di atas batu karang. Tubuhnya mengandung kapur dan bersegmen-segmen sedangkan pada Gracilaria sp. talusnya silindris dengan garis tengah 2-3 mm bercabang-cabang. Selain itu, pada Gracilaria sp. talusnya seperti Ulva sp. tetepi lebih tebal dan punya sistikarp.
Classis Phaeophyceae atau ganggang pirang yang kami amati yaitu Species Padina sp. dan Turbinaria sp. Dimasukkan dalam Classis Phaeophyceae, karena ganggang tersebut berwarna pirang. Dalam kromatoforanya terkandung klorofil-a, karotin dan xanofil, tetapi terutama fikosanin yang menutupi warna lain dan menyebabkan ganggang ini berwarna pirang. Species Padina sp. termasuk dalam Ordo Dictyotales karena talus berbentuk pita yang bercabang-cabang menggarpu. Species Turbinaria sp. termasuk Ordo Fucales karena talus berbentuk pita, kaku seperti kulit, bercabang-cabang menggarpu dan melekat dengan alat pelekat yang berbentuk cakram. Ujung-ujung cabang talus itu agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Tubuhnya seperti semak atau pohon yang seolah-olah mempunyai akar, batang, dan daun. Perbandingan antara Padina sp. dan Turbinaria sp. yaitu pada Padina sp. terdiri dari sel yang berbentuk menyerupai kipas dengan bagian tepi menggulung, terdapat rambut halus yang tersusun konsentris sebagai tempat gametangia dan sporangia talusnya berbentuk setengah lingkaran, mengalami penebalan gametangium. Sedangkan pada Gricilaria sp. ujung-ujung talus agak membesar dan mempunyai lekukan-lekukan yang disebut konseptakel. Tubunhya seperti pohon atau semak yanh seolah mempunyai akar, batang dan daun. Bentuk talus seperti terompet. Daunnya menggangsing melebar hingga distal akhir membentuk batas helaian mahkota melalui barisan gigi. Vesikula berada di tengah mahkota. Gametangia berongga pada permukaan reseptakel, talus bercabang mempunyai filoid seperti piramida atau corong yang melekat pada sumbu utama. Gelembung udara terletak pada filoid.  
2.      Divisi Bryophyta (Tumbuhan Lumut)
Tumbuhan lumut adalah tumbuhan darat sejati, walaupun masih banyak yang menyukai tempat yang lembab dan basah (pada kulit kayu, batuan, dan tembok). Lumut yang hidup di air jarang kita jumpai, kecuali lumut gambut (Sphagnum sp). Walaupun demikian lumut masih sangat memerlukan air, tanpa air organ reproduksinya tidak dapat masak atau pecah (merekah). Pada lumut, akar yang sebenarnya tidak ada, tumbuhan ini melekat dengan perantaraan Rhizoid (akar semu), oleh karena itu tumbuhan lumut merupakan bentuk peralihan antara tumbuhan bertalus (Thallophyta) dengan tumbuhan berkormus (Kormofita). Lumut mempunyai klorofil sehingga sifatnya autotrof.
Divisi Bryophyta merupakan golongan tumbuhan dianggap setingkat lebih maju dibanding dengan kelompok Algae dan Fungi, karena mempunyai gametangium dan sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril. Pada umumnya mempunyai warna yang benar-benar hijau karena danya klorifil a dan b. Dilihat dari habitatnya tumbuahn ini telah menunjukan peralihan dari tempat aquatik menuju tumbuhan darat, sehingga tumbuhan ini telah menyesuaikan diri dengan kehidupan sebagai tumbuhan darat.
Tumbuhan lumut mempunyai penyebaran yang sangat luas, bersifat kosmopolit mulai dearah kutub sampai pada daerah tropika, digunung maupaun didatarn rendah. Hidup pada batuan, cadas, tembok, dan ada yang tumbuh diatas pohon sebagai epifit. Hampir semua lumut bersifat terestrial namun kebanyakan lebih menyukai pada tempat-tempat yang basah.
Pengamatan tumbuhan Divisi Bryophyta, kami lakukan di Kost Rizqi (Sukoharjo). Species  yang kami amati dari Divisi Bryophyta antara lain: Riccia sp. (lumut hati), Marchantia geminata (lumut hati), Andreaea sp. (lumut daun). Dari pengamatan tersebut kami dapat mengetahui habitat dan ciri morfologi dari  ketiga species yang kami amati tersebut.
Riccia sp. dan Marchantia geminata termasuk dalam lumut hati dan dimasukkan dalam Classis Hepaticopsida karena lebih dikenal dengan nama lumut hati. Gametofit pada umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rhizoid. Sporofit tidak memounyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Riccia sp. daan Marchantia geminata dimasukkan dalam Familia Marchantiales karena talus seperti pita, agak tebal, berdaging, bercabang menggarpu, dan mempunyai rusuk   tengah yang tidak  begitu tidak menonjol. Sisi bawah talus terdapat sisik-sisik ventral (sisik perut), juga terdapat rhizoid. Sedangkan Andreaea sp. termasuk lumut daun dalam Classis Bryopsida, karena tubuh gametofitnya sudah dapat dibedakan antara batang, dan daun meskipun belum mempunyai akar selain rhizoid. Sporofit terdiri dari: kaki, seta, dan kapsul.
Lumut  hati (Riccia sp.) mempunyai ciri-ciri yaitu gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai percabangan dikotom, tetapi tidak mempunyai gemma cup. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab.
Lumut hati (Marchantia geminata) termasuk dalam lumut hati. Gametofit umumnya berbentuk seperti pita yang bercabang, dorsiventral, menempel pada tanah dengan perantara rizoid. Sporofit tidak mempunyai sel-sel yang mengandung kloroplas dan tidak ada jaringan steril yang disebut kolumela. Lumut hati daun masih berbentuk talus dan mempunyai percabangan dikotom dan mempunyai gemma cup. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab.
Lumut daun (Andreaea sp.) termasuk dalam lumut daun. Gametofit sudah dapat dibedakan antara batang dan daun. Meskipun belum mempunyai akar selain rhizoid. Sporofit terdiri dari kaki, seta, dan kapsul. Setanya pendek bahkan tidak ada, sedang bagian kapsul tersusun atas kotak spora dimana di dalamnya terdapat kolumela. Habitat dari lumut hati yaitu ditempat yang lembab.
3.      Divisi Pteridophyta (tumbuhan paku)
Divisi Pteridophyta pada tumbuhan paku yang menonjol adalah sporofitnya. Tumbuhan ini termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang paling tinggi tingkatannya, karena sudah mempunyai ikatan pembuluh, akar sesungguhnya, dan sporofit dapat dapat hidup bebas tidak tergantung pada gametofitnya.
Berdasarkan pengamatan kelompok kami yang dilakukan bersamaan dalam pengamatan tumbuhan lumut, kami memperoleh tumbuhan paku yaitu Selaginella ciliaris (paku rambat), Adiantum cuneatum (suplir), Drynaria quercifolia (paku daun kepala tupai), Marsilea crenata (semanggi), dan Equisetum hymenale (paku ekor kuda).
Tumbuhan Paku Ekor Kuda (Equisetum hymenale) temasuk dalam Classis Equisetinae, karena mempunyai sporofit yang batangnya bercabang-cabang dan berbuku-buku, mempunyai stobilus yang berbentuk seperti kerucut. Sporofil berbentuk seperti perisai dengan jumlah sporangium pada sisi bawah. Paku ekor kuda mempunyai akar, batang yang beruas-ruas, dan daun. Tumbuhan paku ekor kuda mempunyai dua tunas yaitu tunas steril dan tunas fertil. Habitat ditempat yang lembab.
Semanggi (Marsilea crenata) termasuk dalam tumbuhan paku karena sudah mempunyai akar, batang dan daun. Semanggi termasuk dalam Classis Filicinae, karena sudah mempunyai sususnan tubuh yang paling sempurna. Semanggi mempunyai sorus dalam satu sporofit terdapat dalam sporakarpium yang bentuknya seperti kacang. Semanggi mempunyai batang yang merayap. Di buku-buku batang ke bawah membentuk akar, ke atas membentuk daun yang bertangkai panjang yang muncul diatas permukaan air dengan helaian daun yang berbelah. Sporakarpium keluar diatas tangkai daun. Habitat Semanggi biasanya hidup di air, rawa, atau danau.
Paku Daun Kepala Tupai (Drynaria quercifolia) termasuk dalam tumbuhan paku Classis Filicinae karena sudah mempunyai akar, batang dan daun. Paku dau ekor kepala tupai termasuk paku epifit, kadang-kadang menempel pada pohon-pohon. Daunnya berbagi menyirip sampai dekat tulang daun. Daun berbentuk sarang bulat telur dengan kaki berbentuk jantung. Sorus terletak di bawah daun. Habitatnya di tempat yang lembab, kadang-kadang menempel pada pohon atau tembok.
Paku rambat (Selaginella ciliaris) termasuk dalam tumbuhan paku Classis Lycopodinae karena sudah mempunyai akar, batang dan daun. Paku rambat mempunyai daun fertil yang biasanya terkumpul di ujung batang merupakan rangkaian berbentuk bulir atau strobilus. Selaginella ciliaris terdapat ligula yang berfungsi suntuk menyerap air. Habitat dari paku rambat biasanya ditempat lembab.
Suplir (Adiantum cuneatum) termasuk dalam Classis Filicinae karena sudah mempunyai susunan tubuh yang paling sempurna yaitu: akar, batang, dan daun. Semanggi mempunyai daun majemuk menyirip beberapa kali, sorus berbentuk bangun ginjal, jorong, atau bangun garis. Sorus terletak pada tepi yang berlipat ke bawah yang berfungsi sebagai indusium (selaput penutup sorus). Habitat dari suplir biasanya di tempat yang lembab. Termasuk dalam tumbuhan paku karena sudah mempunyai akar menempel pada tanah, batang dan daun.


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
1.      Sistematika Tumbuhan Cryptogame adalah tumbuhan tingkat rendah yang alat perkembiakannya tersembunyi dan reproduksinya dengan spora.
2.      Sub Divisi Algae (ganggang) merupakan tumbuhan talus yang hidup di air, baik air tawar maupun air laut. Semua sel mempunyai plastida dan di dalam plastida terdapat zat- zat warna derivat klorofil, yaitu klorofil-a dan klorofil-b atau kedua-duanya.
3.      Divisi Bryophyta merupakan golongan tumbuhan dianggap setingkat lebih maju dibanding dengan kelompok Algae dan Fungi, karena mempunyai gametangium dan sporangium yang multiseluler serta dilapisi oleh sel-sel steril.
4.      Divisi Pteridophyta Pada tumbuhan paku yang menonjol adalah sporofitnya. Tumbuhan ini termasuk golongan tumbuhan tingkat rendah yang paling tinggi tingkatannya, karena sudah mempunyai ikatan pembuluh, akar sesungguhnya, dan sporofit dapat dapat hidup bebas tidak tergantung pada gametofitnya.
5.      Dalam Praktikum Kerja Lapangan (PKL) Sistematika Tumbuhan Cryptogamae kami mengamati dan mencatat 8 species dari Divisi Algae (ganggang) yaitu: Ulva sp. (ganggang hijau), Enteromorpha sp. (ganggang hijau), Caulerpa sp. (ganggang hijau), Halicystis sp. (ganggang hijau), Turbinaria sp. (ganggang pirang), Padina sp. (ganggang pirang), Gracilaria sp. (ganggang merah), dan Corallina sp. (ganggang merah). 3 species dari Divisi Brypohyta ( tumbuhan lumut) yaitu: Riccia sp. (lumut hati), Marchantia geminata (lumut hati), dan Andreaea sp. (lumut daun). Dan juga  5 species dari Divisi Pteridophyta (tumbuhan paku) yaitu: Drynaria quercifolia (paku daun kepala tupai), Selaginella ciliaris (paku rambat), Equisetum hymenale (paku ekor kuda), Adiantum cuneatum (suplir), dan Marsilea crenata (paku air).
6.      Pada Sub Divisi Algae kami menemukan 3 Classis dari species yang kami amati diantaranya Classis Chlorophyceae, Phaeophyceae, dan Rhodophyceae.
7.      Pada Divisi Bryophyta dalam pengamatan kami menemukan 2 Classis dari species yang kami amati yaitu Classis Hepaticopsida dan Classis Bryopsida.
8.      Sedangkan pada pengamatan Divisi Pteridophyta (tumbuhan lumut) kami menemukan 3 Classis dari species yang kami amati yaitu Classis Lycopodinae, Equisitinae, dan Filicinae.
9.      Habitat dari Sub Divisi Algae yaitu di laut, habitat dari Divisi Bryophyta yaitu ditempat yang lembab, sedangkan habitat dari Divisi Pteridophyta yaitu ditanah tetapi masih dalam tempat yang lembab.
B.       Saran
1.      Sebaiknya asisten tidak hanya mendampingi saat PKL (Praktik Kerja Lapangan) berlangsung tetapi juga memberi pengarahan saat pengamatan dilapangan.
2.      Sebaiknya PKL (Praktik Kerja Lapangan) Sistematika Tumbuhan Cryptogamae  untuk kegiatan selanjutnya jangan diadakan pada waktu musim hujan.
3.      Bagi pembaca semoga bisa menambah wawasan tentang Sistematika Tumbuhan Cryptogamae.
  1. Pada waktu pelaksanaan PKl terstruktur disarankan untuk memaksimalkan waktu dalam mengamati spesies
  2. Untuk para asisten di harapkan untuk mempunyai keseragaman dalam penilaian.
  3. Untuk laboratorium diharapkan meningkatkan fasilitas demi kenyamanan dalam praktikum.



DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 2000. Biologi Umum. Jakarta: Erlangga.
Ciremai. 2008. Biologi Laut. Jakarta: PT. Gramedia.
Hackle. 1999. Tumbuhan Paku. Bandung: CV. Duta Permana.
Haspara. 2004. Biologi. Surakarta: Widya Duta.
Iqbal, Ali. 2008. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Jakarta: Erlangga.
Kimball, J. W. 1999. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Lovelles. 1989. Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan Untuk Daerak Tropik 2. Jakarta: Gramedia.
Notji, A. 1981.Biologi Laut Nusantara. Jakarta: Djambatan.
Pollunin, Nicholas. 1994. Pengantar Geografi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM Press.
Plezar, Michael, J. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiolgi. Jakarta: UI. Press.
Prawirohartono, Slamet. 1989. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Sarwuni. 2003. Sistematika Tumbuhan Cryptogamae. Malang: CV. Aditama.
Soeratman. 1999. Penggelompokan Tumbuhan Bryophyta. Jakarta: Erlangga.
Taylor. 1960. Biologi. Bandung: Ganeca Exact.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1983. Taksonomi Tumbuhan Obat-obatan. Yogyakarta: UGM Press.